TangselCity

Ibadah Haji 2024

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo

Megawati Ngaku Dipesan Puan Dilarang Bicara Keras

Laporan: AY
Kamis, 11 Januari 2024 | 08:18 WIB
Foto : Ist
Foto : Ist

JAKARTA - Kemarin pagi (10/1/2024), PDIP menggelar syukuran HUT ke-51. Meskipun digelar sederhana, pidato Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri tetap berapi-api. Mega melontarkan kritik ke banyak pihak. Padahal, Mega ngaku telah dilarang putrinya, Puan Maharani untuk bicara keras.
Perayaan HUT ke-51 PDIP itu, digelar di Gedung Sekolah Kader PDIP, Lenteng Agung, Jakarta, Rabu (10/1/2024). Berbeda dengan sebelumnya, di perayaan kali ini, PDIP menggelarnya secara sederhana dengan peserta yang terbatas.
Perayaan makin terasa hambar, setelah dipastikan Presiden Jokowi tidak hadir. Padahal, dalam perayaan HUT di tahun-tahun sebelumnya, Jokowi tak pernah absen.
Meskipun presiden tak hadir, Wakil Presiden dan sejumlah menteri datang. Mulai dari Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Menteri Keuangan Sri Mulyani, dan Menteri Koperasi dan UMKM Teten Masduki.
Selain unsur pemerintah, HUT PDIP juga dihadiri pimpinan parpol pengusung Paslon nomor urut 3, Ganjar Pranowo-Mahfud MD. Mulai dari Ketum PPP Mardiono, Ketum Partai Perindo Hary Tanoesoedibjo, Sekjen Partai Hanura Benny Rhamdani. Tak ketinggalan, Capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo. Sedangkan Cawapres Mahfud MD mengikuti kegiatan secara online.
Mega tiba di lokasi pukul 09.30 WIB. Mengenakan pakaian berwarna merah hitam. Didampingi putranya yang juga Ketua DPP PDIP, Prananda Prabowo. Kehadiran Mega disambut hangat dan penuh senyum oleh keluarga besar PDIP yang telah memadati kantor yang biasa digunakan untuk menggembleng para anak Banteng itu.

Sesampainya di lokasi, Mega memasuki ruangan khusus yang ditujukan untuk menjamu para tamu VVIP seperti Wapres Ma'ruf Amin dan para menterinya. Mereka kemudian berkumpul di depan meja bundar beralaskan kain berwarna merah.
Acara diawali dengan pekikan Salam Merdeka yang dipandu oleh dua kader PDIP selaku pembawa acara, Reinhard Sirait dan Anggy Pasaribu. Kemudian dilanjutkan dengan kegiatan protokol partai.

Seperti kedatangan panji-panji kebesaran partai, menyanyikan lagu Indonesia Raya, mengheningkan cipta, pembacaan teks Pancasila, menyanyikan mars dan himne PDIP, pembacaan dedication of life, dan menyanyikan lagu Indonesia Jaya. Setelah itu ditutup dengan pidato politik dari Mega.
Dalam pidatonya, Mega menyoroti beberapa hal. Mulai dari pencapaian PDIP yang telah memasuki usia ke-51, penegakan hukum, marwah kekuasaan, hingga pesta demokrasi yang akan digelar 14 Februari mendatang.
Kata Mega, kemerdekaan Indonesia diperjuangkan dengan susah payah. "Akar rumput, rakyat memiliki hak yang sama di mata hukum. Sekarang hukum itu dipermainkan, bahwa kekuasaan dapat dijalankan semau maunya, no, no, and no,” tegas Presiden ke-5 itu, berapi-api.

Karena itu, HUT PDIP tahun ini mengangkat tema 'Satyam Eva Jayate’ yang berarti Kebenaran Pasti Menang. Mega bilang, Pemilu bukan alat elite politik untuk melanggengkan kekuasaan dengan segala cara.

"Kalau rakyat memilih ya sudah, kekuasaan nggak langgeng lho, yang langgeng yang di atas. Kekuasaan akan berhenti apa pun jabatannya. Kan sedih ya,” tambah Mega, sedikit mengurangi nada suaranya.
Intonasi Mega kembali meninggi ketika bercerita tentang dinamika politik di lingkaran keluarganya. Mega mengaku pernah diingatkan putrinya yang juga salah seorang pentolan Banteng, Puan Maharani, agar tidak terlalu keras saat berpidato.
"Mbak Puan bilang, mama kalau ngomong (pidato) jangan keras-keras," sebut Mega, menirukan ucapan Puan.
Namun, Mega menolak pesan ketua DPR tersebut. Putri Proklamator Soekarno itu akan tetap menyampaikan pidato seperti keinginannya. "No (tidak mau)," tegas Mega.

Sebab, dirinya ingin menunjukkan kepada rakyat untuk tidak takut bersuara. Bahkan, jika ada intimidasi, Mega menyerukan agar melawannya. "Jadi, jangan takut sekalipun dipukul," tekan politisi berusia 76 tahun itu.
Dalam pidatonya, Mega juga mengimbau agar TNI, Polri, Aparatur Sipil Negara (ASN) bersikap netral. "Jangan rakyat yang harusnya dilindungi malah dipukuli," sindir Mega.

Sementara itu, Kiai Ma'ruf Amin dalam sambutannya menyampaikan pujian kepada PDIP. Menurut Ma'ruf, PDIP sebagai parpol besar telah telah berhasil menghadapi berbagai dinamika dan tantangan. PDIP banyak mewarnai proses pembangunan dengan tetap menjaga ideologi nasionalis yang kokoh.
"PDIP telah berhasil mencetak kader-kader hebat yang bisa bekerja untuk kemajuan bangsa," puji Wapres.
Usai seluruh rangkaian acara selesai, Mega memimpin pemotongan tumpeng. Saat prosesi potong tumpeng, Mega naik ke atas panggung bersama Wapres Ma'ruf Amin, Ganjar Pranowo, Mardiono, Hary Tanoesoedibjo, dan Benny Rhamdani.
Lalu Mega memotong tumpeng dengan khidmat disambut tepuk tangan meriah dari seluruh tamu dan kader PDIP. Potongan tumpeng pertama diserahkan kepada Wapres Ma'ruf Amin. Kemudian diikuti oleh beberapa tokoh lain seperti Mardiono, Hary Tanoe, Benny Rhamdani, Ganjar Pranowo, dan Arsjad Rasjid.
Setelah tradisi potong tumpeng, Mega dan tamu undangan bersama-sama melakukan sesi foto bersama. Dalam foto tersebut, semua tokoh termasuk Mega dan Wapres melakukan pose metal atau 3 jadi.

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
sinpo
sinpo
sinpo