TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Haji 2025

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers

Alhamdullilah, Stok Beras Kita Melimpah Tembus 3,7 Juta Ton

Reporter: Farhan
Editor: AY
Kamis, 15 Mei 2025 | 09:47 WIB
Gudang Bulog. Foto : Ist
Gudang Bulog. Foto : Ist

JAKARTA - Di saat negara lain mengalami krisis beras, alhamdulillah stok beras di negara kita justru melimpah. Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman menyebutkan, Cadangan Beras Pemerintah (CBP) tembus 3,7 juta ton.

 

Mentan mengatakan, data tersebut berasal dari Perum Bulog per Selasa (13/5/2024). Menurutnya, capaian ini merupakan hasil kerja keras semua pihak.

 

“Mulai dari petani, pemerintah pusat dan daerah, hingga Bulog dan jajaran yang aktif menyerap hasil panen petani di lapangan,” kata Mentan di Jakarta, Rabu (14/5/2025).

 

Stok beras Indonesia yang mencapai 3,7 juta ton, merupakan tertinggi sejak Bulog berdiri pada 1969. Bahkan, Mentan memperkirakan stok beras bakal tembus 4 juta ton. Capaian ini merupakan rekor baru dalam ketahanan pangan nasional.

 

Ini bukan hanya angka, tapi bukti konkret keberpihakan negara pada petani dan sistem pangan yang mulai kuat dari hulu hingga hilir,” ujarnya pula.

 

Menurut Mentan, pencapaian stok 3,7 juta ton sangat membanggakan di tengah tantangan krisis pangan global dan peningkatan jumlah penduduk. Bahkan, capaian ini diraih dalam waktu kurang dari lima bulan, lebih cepat dari tahun sebelumnya.

 

Menurutnya, capaian itu hasil kebijakan afirmatif Pemerintah, termasuk program tambahan pupuk subsidi, penguatan alsintan, percepatan tanam, digitalisasi pertanian, dan menaikkan harga gabah dari Rp 5.500 per kilogram (kg) menjadi Rp 6.500 per kg.

 

Mengacu pada data historis, rekor cadangan beras sebelumnya terjadi pada September 1985 dengan jumlah beras 3 juta ton. Sementara, kini jumlah stok beras sudah mencapai 3,7 juta ton. Naik 700 ribu ton.

 

Mentan pun menegaskan, ketersediaan stok beras yang tinggi ini menjadi alat kendali strategis negara untuk menjaga stabilitas harga di pasar dan memperkuat posisi Indonesia menghadapi tekanan pangan global.

 

“Stok ini akan kita gunakan untuk memperkuat cadangan strategis nasional, bantuan pangan, serta potensi ekspor jika diperlukan,” tegasnya.

 

Untuk menampung cadangan beras tersebut, Mentan mengungkapkan, Pemerintah menyiapkan gudang darurat dan menambah 25.000 gudang prioritas di seluruh Indonesia.

 

Dia optimistis, tren positif berlanjut seiring puncak panen dan percepatan tanam musim kedua, dengan langkah stabilisasi pangan diperkuat melalui sinergi lintas lembaga dalam penyerapan, distribusi, dan pengendalian harga.

 

Mentan menyebut keberhasilan ini buah kebijakan tepat Presiden Prabowo Subianto. Dengan sinergi dan keberpihakan pada petani, Indonesia tak hanya menuju swasembada, tapi juga calon eksportir beras global.

 

Mentan menambahkan, melimpahnya stok tersebut memperkuat posisi Indonesia sebagai produsen beras terbesar di kawasan ASEAN. Bahkan, melampaui negara-negara utama seperti Thailand dan Vietnam.

 

Bahkan, kata Mentan, melimpahnya produksi beras dalam negeri mampu menurunkan harga beras global. Saat ini, harga beras internasional berada di kisaran 390 dolar AS per ton. Harga itu turun dari posisi 460 dolar AS per ton ketika Indonesia masih aktif mengimpor beras.

 

“Artinya apa? Indonesia berpengaruh, berpengaruh pada harga beras dunia,” urainya.

 

Sebelumnya, laporan resmi United States Department of Agriculture (USDA) juga memprediksi produksi beras Indonesia akan naik. Bahkan, tertinggi di Asia Tenggara.

 

Berdasarkan laporan USDA Rice Outlook April 2025, produksi beras Indonesia untuk musim tanam 2024/2025 diperkirakan mencapai 34,6 juta ton, meningkat 600 ribu ton dari proyeksi sebelumnya dan naik 4,8 persen dibandingkan tahun lalu.

 

Sementara, Vietnam menempati urutan kedua dengan produksi beras sebesar 26,5 juta ton. Disusul Thailand dengan produksi 20,1 juta ton beras, Filipina 12 juta ton, Kamboja 7,337 juta ton, Laos 1,8 juta ton, dan Malaysia 1,750 juta ton.

 

Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi menuturkan, stabilitas dan terjaganya pasokan pangan membuat harga dan inflasi semakin terkendali. Dampak lainnya adalah Pemerintah mampu menjaga daya beli masyarakat secara merata di seluruh Indonesia.

 

“Tingkat inflasi masih cukup terkendali, terutama komponen volatile food atau inflasi pangan sehabis peak season Ramadan dan Idul Fitri tahun ini,” ujarnya.

 

Senayan pun memuji meningkatnya produksi beras. Anggota Komisi IV DPR Daniel Johan mengatakan, hal ini merupakan hasil kerja bersama semua pihak. Dengan capaian ini, Indonesia bisa mewujudkan swasembada pangan.

 

Ini suatu capaian yang patut kita apresiasi, dan yang paling utama adalah jasa petani kita. Kita bangga atas capaian ini,” kata Daniel saat dihubungi Redaksi, Rabu (14/5/2025).

 

Menurut Daniel, instrumen utama dalam mewujudkan swasembada pangan adalah menggenjot jumlah produksi beras agar bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri. Dengan begitu, ketergantungan impor bisa dihentikan.

 

“Tujuan akhir adalah meningkatnya kesejahteraan petani kita, karena berkat mereka capaian ini bisa dirasakan,” pungkas politisi PKB itu.

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
RM ID
Banpos
Satelit