TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo
Sopir Ambulans Buka Suara

Jasad Brigadir J, Mulut Masih Pakai Masker Darah Bercucuran Dari Kepala

Laporan: AY
Selasa, 08 November 2022 | 10:13 WIB
(Foto : Istimewa)
(Foto : Istimewa)

JAKARTA - Fakta-fakta baru dalam sidang kasus pembunuhan berencana yang dilakukan Ferdy Sambo kepada Brigadir Yosua Hutabarat (Brigadir J) terus terungkap. Yang teranyar, dari keterangan sopir ambulans, saat akan dibawa ke rumah sakit, jasad Yosua masih pakai masker dan darah bercucuran dari kepala.

Kemarin, Pengadilan Negeri Jakarta Selatan (PN Jaksel) kembali menggelar sidang lanjutan kasus pembunuhan terhadap Yosua. Agenda kali ini mendengarkan keterangan dari lima saksi yang dihadirkan Jaksa Penuntut Umum (JPU). Mereka adalah Bimantara Jayadiputro selaku provider PT Telekomunikasi Selular bagian Officer Security and Tech Compliance Support; Viktor Kamang selaku Legal Counsel pada provider PT XL AXIATA; Ahmad Syahrul Ramadhan selaku sopir ambulans; Ishbah Azka Tilawah selaku petugas Swab di Smart Co Lab; dan Nevi Afrilia selaku petugas Swab di Smart Co Lab.

Majelis hakim menggali keterangan mereka untuk terdakwa Bharada Richard Eliezer Pudihang Lumiu atau Bharada E, Bripka Ricky Rizal atau Bripka RR, dan Kuat Ma'ruf.

Di sidang ini, Richard lebih dulu tiba dengan mengenakan kemeja putih dan celana hitam. Setelah melepas rompi tahanan dan borgol, Richard langsung duduk di kursi terdakwa dan ditanya kondisi kesehatannya oleh majelis hakim. "Saudara terdakwa sehat?" tanya ketua majelis hakim, Wahyu Iman Santosa. "Sehat, Yang Mulia," jawab Richard.

Setelah itu, giliran Ricky yang masuk ke ruang persidangan. Sama dengan Richard, majelis hakim juga bertanya soal kondisi kesehatan Ricky.

Terakhir giliran Kuat, yang masuk. Namun, ada momen berbeda ketika sopir keluarga Sambo itu masuk ke ruang sidang. Sedikit sorak-sorai terdengar dari arah pengunjung sidang.

Setelah itu, giliran para saksi yang diminta masuk ruang sidang. Ada lima saksi. Terdiri atas tiga pria dan dua perempuan. Dengan latar belakang profesi yang berbeda-beda. Ada sopir ambulans, petugas Swab, dan juga provider kartu seluler.

Pada saat sopir ambulans Syahrul Ramadhan memberikan keterangan, seisi ruang sidang tercengang. Banyak fakta baru yang terungkap di detik-detik kematian Yosua.

Mulanya, Syahrul berujar menerima telepon dari call center kantornya pada 8 Juli 2022 untuk melakukan evakuasi di sekitar Duren Tiga, Jakarta Selatan. Ia pun bergegas berangkat dari kediamannya di Tegal Parang.

Sekitar pukul 19.08 WIB, Syahrul mendapat pesan instan dari nomor tak dikenal yang memberi tahu pasti lokasi penjemputan. Ketika sudah di RS Siloam Duren Tiga, ada orang tak dikenal mengetok kaca mobil ambulans yang dikemudikan Syahrul.

Syahrul diminta orang tersebut mengikutinya hingga ke tempat kejadian perkara di Rumah Dinas Sambo di Duren Tiga. Sesampainya di pintu gerbang kompleks Rumah Dinas Sambo, Syahrul dicegat anggota Provos. Syahrul dimintai keterangan terlebih dulu sebelum akhirnya dipersilakan masuk.

Singkat cerita, Syahrul diarahkan untuk mengevakuasi korban yang berada di Rumah Dinas Sambo. Ia terkejut, karena awalnya mengira menjemput orang sakit. Apalagi kondisi jasad Yosua yang berlumuran darah dengan wajah tertutup oleh masker berwarna hitam.

Jenazah sudah di kantong?" tanya hakim. "Belum. Masih tergeletak berlumuran darah, Yang Mulia," jawab Syahrul.

Syahrul melihat dada kiri Yosua bolong akibat luka tembak. Dia lalu diminta mengecek nadi Yosua. "Saya disuruh oleh salah satu anggota untuk cek nadinya. Saya cek nadi di leher dan tangan, memang tidak ada Yang Mulia," imbuhnya.

Kemudian, di persidangan Syahrul ditunjukkan potret kondisi jenazah Yosua. Potret tersebut tampak seperti yang ia saksikan saat melakukan evakuasi. "Wajahnya ditutupi masker?" tanya hakim lagi. "Iya," jawab Syahrul. "Warna hitam seperti ini?" tanya hakim. "Iya, Yang Mulia," lanjut Syahrul yang mengenakan kemeja kotak-kotak itu.

Usai memastikan nadi Yosua terhenti, Syahrul lalu bergegas mengambil kantong jenazah. Setelah jenazah dimasukkan ke ambulans, Syahrul ditemani seorang anggota polisi bergegas ke RS Polri.

Sampai di RS Polri, Syahrul heran karena diarahkan membawa jenazah ke Instalasi Gawat Darurat (IGD). Menurut dia, hal itu janggal karena biasanya jenazah langsung dibawa ke kamar mayat atau forensik.

"Saya bertanya, ‘Pak izin kok IGD dulu, biasanya kalau saya langsung ke kamar jenazah, forensik’. Polisi itu juga nggak tahu maksudnya, yang jelas kita disuruh ikuti perintah aja," ucap Syahrul.

Sesampainya di ruang IGD, petugas pun kaget. Karena yang dibawa Syahrul orang yang tidak bernyawa. Makanya, petugas IGD meminta Syahrul untuk langsung ke kamar jenazah. "Saya mengarah ke kamar jenazah," lanjutnya.

Beberapa saat kemudian, ketika Syahrul hendak pamit pulang, ia ditahan salah seorang petugas. Ia pun menuruti arahan tersebut dan menunggu di dekat masjid rumah sakit. Ketika merasa haus dan lapar, ia tidak diperkenankan mencari makan dan minum. Syahrul dibelikan sate dan minum oleh petugas dimaksud.

"Saya tunggu di masjid, Yang Mulia, di samping tembok sampai mau Subuh," cerita Syahrul.

"Mau Subuh Saudara nunggu?" tanya hakim menegaskan. "Iya, Yang Mulia," sambung dia. "Kenapa Saudara disuruh nunggu sampai Subuh?" tanya hakim. "Nggak tahu," sahut Syahrul.

Nahasnya, sudah nunggu berjam-jam, dirinya mengaku tidak menerima bayaran lebih selain biaya mobil ambulans dan cuci mobil.

Sumber berita rm.id :

https://rm.id/baca-berita/nasional/147692/kondisi-jasad-brigadir-j-diungkap-sopir-ambulans-mulut-masih-pakai-masker-darah-bercucuran-dari-kepala

 

Dr. Muhadam Labolo, M.Si (dok. pribadi)
Pos Sebelumnya:
Aksi Etik
Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
sinpo
sinpo
sinpo