Pelayanan Kesehatan Klinik Haji: Dokter Siaga 24 Jam, Fasilitasnya Lengkap

JAKARTA - Kesehatan jemaah berperan vital dalam suksesnya penyelenggaraan haji. Untuk itu, Pemerintah menyediakan Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI), yang menjadi tempat rujukan pertama jika jemaah mengeluh sakit. Fasilitas klinik ini cukup lengkap, dokternya siaga 24 jam nonstop.
Di Madinah, KKHI terletak tidak jauh dari area Markaziyah, Kawasan hotel jemaah haji Indonesia. Fasilitas yang tersedia di KKHI mencakup Unit Gawat Darurat (UGD), ruang rawat inap untuk pria dan wanita, ruang observasi, klinik kejiwaan, apotek dan farmasi, laboratorium sederhana, fasilitas radiologi, poli gigi, hingga poli kejiwaan.
Jemaah yang mengeluh sakit akan langsung dibawa ke KKHI untuk diperiksa. Pada Rabu pagi (7/5/2025), ada enam jemaah yang masuk UGD KKIH. Sore harinya, jemaah di UGD tinggal tiga orang.
Sehari sebelumnya, Selasa (6/5/2025) malam, yang masuk UGD ada lima jemaah. Setelah ditangani dokter, Sebagian diizinkan kembali ke hotel. Sebagian lagi dirujuk ke Rumah Sakit Arab Saudi (RSAS).
"Mereka masuk diobservasi. Jika kurang dari 12 jam membaik, diizinkan kembali ke kloter. Jika tidak, akan dirujuk ke rumah sakit," ujar Kepala Unit Gawat Darurat (UGD) KKHI dr. Rohayat Bilmahdi, saat ditemui di KKHI Madinah, Rabu (7/5/2025)
Jika kondisi pasien memburuk saat masa observasi, KKHI akan merujuk RSAS. Empat RSAS yang menjadi rujukan, yaitu RS King Fahd, RS King Salman, RS Mouwasat, dan RS Haram.
dr. Rohayat mengatakan, secara umum pasien yang dirawat inap di empat rumah sakit adalah penyakit jantung dan infeksi paru-paru. Jika pasiennya dinyatakan membaik di RS namun masih perlu mendapatkan perawatan bukan kedaruratan, maka dirawat di KKHI.
Di RS Arab Saudi juga sudah banyak yang diizinkan pulang ke kloter masing-masing," ujarnya.
Wakil Kepala KKHI Madinah, dr. Yuni Anisa W, menjelaskan bahwa pihaknya selalu siap jika ada jemaah mengeluh sakit. "Ada sembilan bed yang disiapkan khusus untuk UGD," jelasnya.
Di setiap tempat tidur pasien di ruang UGD KKHI terdapat alat deteksi nadi, tabung oksigen, tiang infusan, dan satu meja di sebelah tempat tidur. Terdapat juga meja bagi dokter jaga yang terus memantau perkembangan para pasien di UGD.
Yuni melanjutkan, perawatan kejiwaan menjadi salah satu layanan penting KKHI tahun ini. Sebab, perubahan lingkungan yang ekstrem, kelelahan, hingga terpisah dari rombongan bisa memicu gangguan mental sementara bagi jemaah haji, terutama pada jemaah lansia.
"Seringkali yang lansia, lebih dari 60 tahun, jadi bingung, ngomong ngelantur, atau tiba-tiba panik. Apalagi jika ada komorbid seperti hipertensi atau diabetes yang tidak terkontrol. Bisa makin parah kalau ditambah dehidrasi dan kelelahan," terangnya.
Fasilitas ini disiapkan untuk mengantisipasi bila muncul kasus jemaah mengalami gangguan psikis ringan hingga sedang seperti disorientasi, stres akut, atau kepanikan. Penanganan bisa dilakukan langsung tim KKHI, tanpa harus dirujuk ke RSAS.
Dia memastikan, segala layanan di KKHI gratis. "Selama dia jemaah haji Indonesia, tidak dipungut biaya,'' katanya.
KKHI juga mengedukasi jemaah agar tidak menunda pengobatan jika merasa lemas, pusing, atau tidak nyaman. "Semua layanan terbuka untuk seluruh jemaah Indonesia. Kami di sini untuk menjaga mereka tetap sehat sampai puncak ibadah haji nanti," terangnya.
dr. Yuni lalu memberikan beberapa panduan praktis agar jemaah tidak tumbang di tengah perjalanan ibadah. Menurutnya, salah satu kunci utama adalah tidak memaksakan diri di awal, terutama dalam mengejar ibadah sunnah.
"Jangan terlalu ngoyo mengejar ibadah sunnah, karena yang paling penting justru saat Armuzna (puncak haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina). Itu yang harus dijaga betul kondisi tubuhnya," ujarnya.
Dia mengimbau jemaah untuk cukup istirahat, minum air sebanyak 200 cc per jam, menjaga asupan makanan bergizi dan tepat waktu, menghindari rokok dan asap rokok, menggunakan pelindung diri dari panas, menggunakan masker, dan minum obat teratur sesuai resep.
Sementara, pada Minggu (4/5/2025), Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) melakukan visitasi ke tiga Rumah Sakit Arab Saudi (RSAS). Tujuannya, untuk memantau secara langsung kondisi jemaah yang tengah dirawat.
Kepala Seksi Kesehatan Daerah Kerja (Daker) Madinah, dr. Novitasari Nurlalila Bahramsyah, menjelaskan visitasi merupakan salah satu bentuk kehadiran negara dalam memastikan kualitas layanan serta dukungan emosional bagi jemaah yang sakit. Dengan melakukan visitasi, pihaknya dapat memantau perkembangan kondisi kesehatan jemaah yang sedang dirawat secara langsung yang dirawat inap.
Dia menyebutkan ada tiga hal yang dilakukan melalui visitasi ini. Pertama, berkomunikasi dengan tenaga medis dan paramedis yang menangani jemaah haji Indonesia untuk updating kondisi kesehatannya. Kedua, memberikan perhatian kepada pasien jemaah haji Indonesia dan keluarga seperti layaknya keluarga sendiri.
“Ketiga, memberikan dukungan psikologis kepada jemaah agar mereka merasa tenang dan nyaman,” ungkap dr. Novitasari.
TangselCity | 1 hari yang lalu
Galeri | 13 jam yang lalu
TangselCity | 11 jam yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 1 hari yang lalu
Olahraga | 1 hari yang lalu
Pos Banten | 14 jam yang lalu