Trump Mulai Recoki Perang Iran Vs Israel, Kirim 3 Pesawat Jet

AS - Perang sengit antara Iran vs Israel memasuki babak baru. Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mulai recoki perang yang sudah berlangsung 6 hari itu. Trump meminta Iran menyerah sekaligus siap mengirimkan alat tempur AS ke Israel.
Dalam unggahannya di platform Truth Social, Trump menyebut kesabaran AS "mulai habis". Presiden dari Partai Republik itu mengancam akan membunuh Pemimpin Tertinggi Iran Ayatullah Ali Khamenei. Pada saat bersamaan, Wapres AS JD Vance mengancam bahwa Gedung Putih bisa bertindak lebih jauh terhadap Iran.
"Kami tahu di mana tepatnya siapa yang disebut 'Pemimpin Tertinggi' bersembunyi. Dia target yang mudah, tetapi aman di sana. Kami tidak akan melenyapkannya, setidaknya untuk sekarang," kata Trump dalam unggahannya di Truth Social, Selasa (17/6/2025).
Trump juga mengunggah pesan bahwa negaranya sudah memiliki kendali penuh dan absolut atas langit Iran. Meski Iran disebut memiliki peralatan pertahanan yang bagus dengan jumlah banyak, kata dia, tidak sebanding dengan apa yang dibuat, dirancang, dan diproduksi di AS.
"Tidak ada yang melakukannya lebih baik daripada Amerika Serikat," tulisnya, dikutip Rabu (18/6/2025).
Dalam pesan lainnya, Trump menuntut penyerahan tanpa syarat dari Iran. "Menyerah tanpa syarat," ujar Trump.
Di saat bersamaan, AS memperkuat kehadiran militernya di kawasan Timur Tengah dengan mengerahkan lebih banyak jet tempur canggih dan memperpanjang masa tugas pesawat tempur aktif. Langkah ini merupakan bagian dari respons strategis untuk memastikan dominasi udara dan memberikan dukungan terhadap di tengah perang yang semakin sengit.
Sebanyak 3 pesawat tempur yang terdiri dari F-16 Fighting Falcon, F-22 Raptor, dan F-35 Lightning II dikerahkan. Pengerahan jet-jet tempur itu diklaim hanya untuk mencegat drone dan proyektil yang datang, bukan untuk operasi ofensif langsung.
Pengerahan militer AS tidak hanya terbatas pada pesawat tempur. AS juga memindahkan sejumlah besar pesawat tanker ke Eropa dan mengirimkan kapal induk bertenaga nuklir USS Nimitz ke kawasan Timur Tengah.
Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth mengatakan bahwa pengerahan ini bertujuan melindungi pasukan AS dari kemungkinan serangan balasan Iran atau kelompok sekutunya.
Mendapat ancaman Trump, Iran bereaksi keras. Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei memastikan, negaranya tidak akan pernah menyerah dan tunduk pada zionis dan Amerika Serikat.
Beri tahu Amerika, bangsa Iran bukanlah bangsa yang akan menyerah, dan intervensi militer apa pun dari pihak mereka niscaya akan mengakibatkan kerusakan yang tak dapat diperbaiki," kata Khamenei saat pidato pada Rabu (18/6), dikutip CNN.
Khamenei berjanji, negaranya tidak akan menunjukkan belas kasihan terhadap para penguasa Israel. Dia bilang, perang baru saja dimulai. Negaranya, bakal melakukan perlawanan sampai titik darah penghabisan.
Kita harus memberikan respons yang kuat terhadap rezim teroris Zionis. Kita tidak akan menunjukkan belas kasihan kepada Zionis," tulis Khamenei di X, Rabu (18/6/2025).
Sebagai buktinya, Iran melakukan serangan balasan yang signifikan. Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) mengumumkan bahwa rudal hipersonik ‘Fattah’ yang canggih digunakan dalam fase kesebelas Operasi True Promise III.
“Rudal tersebut berhasil menembus pertahanan udara Israel yang banyak digembar-gemborkan dan menyampaikan pesan yang kuat kepada rezim tersebut dan para pendukung Baratnya,” kata IRGC, seperti dikutip Press TV, Rabu (18/6/2025).
IRGC mengatakan bahwa penyebaran rudal Fattah generasi pertama menandai serangan serius bagi sistem pertahanan rudal Israel yang dibanggakan. “Rudal-rudal Fattah yang kuat dan sangat mudah bermanuver berulang kali mengguncang tempat perlindungan para Zionis pengecut, mengirimkan pesan yang jelas tentang kekuatan Iran kepada sekutu Tel Aviv yang suka berperang, yang terus berkutat dalam delusi dan asumsi yang salah,” kata IRGC.
Namun, tak lama setelah Khamenai berpidato, Israel kembali bombardir Iran. Sejumlah ledakan keras terjadi di utara Teheran. Serangkaian ledakan baru juga terdengar di bagian timur.
Dalam pernyataan resmi, militer Israel mengonfirmasi telah melakukan serangan ke Iran, dilansir dari Al Jazeera. "Pasukan saat ini sedang menyerang target militer rezim Iran di wilayah Teheran," demikian pernyataan militer Israel di X.
Selain itu, serangan Israel kini tak lagi menyasar pangkalan militer atau gudang senjata. Kini, fasilitas nuklir Iran mulai jadi sasaran utama Israel. Dua pabrik sentrifugal di luar Teheran dilaporkan hancur dihantam rudal dari jet tempur Israel.
Militer Israel (IDF) menyebut, lebih dari 50 pesawat tempurnya sengaja diterbangkan untuk menghancurkan 20 target. Termasuk, mengincar fasilitas produksi bahan mentah, komponen, dan sistem manufaktur rudal, serta pabrik pengembangan nuklir yang memproduksi komponen centrifuge untuk pengayaan uranium.
"Rezim Iran memperkaya uranium yang ditujukan untuk tujuan pengembangan senjata nuklir,” klaim IDF, dilansir AFP, Rabu (18/6/2025).
Korban jiwa makin tak terbendung. Data sementara menyebut 585 orang tewas dan lebih dari 1.300 terluka akibat serangan udara Israel di Teheran. Selain itu, ribuan warga sipil berdesakan mencari pengungsian.
Sementara itu, Presiden Prancis Emmanuel Macron tak sepakat dengan Trump untuk terkait perubahan rezim di Iran lewat invasi militer. Menurutnya, meski Israel berhasil menggulingkan rezim berkuasa di Iran, situasi tetap tak terkendali.
“Jika kita hancurkan pemerintahan di Iran, maka kita membuka pintu kekacauan baru di Timur Tengah,” ucap Macron, dilansir kantor berita Reuters dan Al Arabiya, Rabu (18/6/2025).
Macron menekankan bahwa Prancis tak akan mendukung aksi militer ofensif, namun akan membela Israel jika wilayahnya diserang. Dia bilang, stabilitas kawasan jauh lebih penting dari ego politik negara besar.
Sementara itu, dua kekuatan besar dunia, China dan Rusia, kompak menyatakan penolakan terhadap eskalasi konflik. Beijing menyerukan semua pihak untuk menahan diri dan kembali ke meja perundingan.
Dia pun menyinggung pernyataan Trump yang dianggapnya telah menyiramkan minyak ke dalam api. Padahal, kicauannya tidak akan membantu meredakan situasi, hanya mengintensifkan dan memperluas konflik.
“Pihak China meminta semua pihak terkait, terutama negara-negara yang memiliki pengaruh khusus terhadap Israel, untuk memikul tanggung jawab mereka, mengambil tindakan segera untuk meredakan ketegangan, dan mencegah konflik meluas dan menyebar,” ujar Guo seperti dilansir Al Arabiya, Rabu (18/6/2025).
Pemerintah Rusia menilai, serangan intensif Israel yang terus-menerus terhadap fasilitas nuklir Iran telah melanggar hukum internasional. Serangan itu juga menimbulkan ancaman yang tidak dapat diterima bagi keamanan internasional, dan membawa dunia lebih dekat ke bencana nuklir.
"Konsekuensinya akan dirasakan secara global, termasuk di Israel sendiri,” tulis Kemlu Rusia melansir laman resminya Mid.ru, Rabu (18/6/2025)
Moskow menuding Israel telah melanggar hukum internasional. Rusia, yang selama ini punya hubungan dekat dengan Iran, menyerukan sesi darurat Dewan Keamanan Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB).
Pemerintahan Vladimir Putin juga mendesak Badan Tenaga Atom Internasional (International Atomic Energy Agency/IAEA) untuk segera mengeluarkan laporan faktual dan terperinci terkait ancaman maupun dampak kerusakan terhadap fasilitas nuklir Iran, yang menjadi target serangan udara Israel. Termasuk intimidasi terhadap inspektur di lapangan yang nyawanya telah berada dalam bahaya besar.
“Moskow mendukung sikap ini dan dengan tegas menyatakan bahwa resolusi yang berkelanjutan hanya dapat dicapai secara andal melalui diplomasi dan negosiasi. Tujuan non-proliferasi nuklir, yang landasannya tetap NPT, tidak boleh dikejar melalui agresi atau dengan mengorbankan nyawa yang tidak bersalah,” pungkasnya.
Peneliti kebijakan senior di Dewan Eropa untuk hubungan luar negeri Ellie Geranmayeh mewanti-wanti Trump untuk tidak ikut campur perang Iran-Israel. Menurutnya, jika Trump memutuskan untuk menyerang fasilitas nuklir, maka tindakan itu dianggap sebagai deklarasi perang.
"Begitu kotak Pandora ini dibuka, kita tidak akan tahu arahnya. Konflik itu kemungkinan besar akan menghabiskan sisa masa jabatan Presiden Trump," pungkasnya.
Pos Banten | 1 hari yang lalu
Galeri | 2 hari yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 1 hari yang lalu